Sunday, September 13, 2009

Tong Sampah 3

Memahami diri, dekat dengan memahami orang lain. Tetapi bagaimana orang lain bisa memahami kita? Hubungan social, formulanya bisa jadi sederhana dan gampang. Tapi juga dapat menjadi susah tingkat tinggi. Tergantung kompleksitas keadaan orang perorang. “Mulailah dari psikologi individu”, kata beberapa kaum sikolog, atau pilihannya perubahan kolektif seperti tawaran kaum sosialis “purba”. Penilaian ini bukanlah mazhab baku. Dan kita tidak sedang diskusi tentang perubahan social di antara ekstrim individualis atapun sosialis-koliktivitas. Kita (saya dan mungkin anda), hanya merasakan betapa wajibnya menyelami, kontur-kontur jiwa kita. Sejak kita bangun hingga tertidur kembali. Dari pagi hingga malam, dan kembali pagi. Interaksi manusia dengan manusia, seperti juga interaksi manusia dengan Tuhan. Interaksi manusia dengan manusia, adalah relasi kehidupan universalisme dalam usaha saling menyapa antara “jiwa-jiwa universal” itu.
“Apa yang bisa dipahami? Rentang waktu & ruang dalam relativitas. Sedang pertemuan hanya nokta kecil dalam detik yang direduksi. Bahkan mungkin melampaui detik. Tapi kita hanya sering berbicara tahun (ulang tahun, tahun baru). Atau Ingatan yang disamarkan pada kesan yang hanya hinggap di tubuh dan jiwa bilogis kita. sedang gerak “terus” menuju pada titik awal di tempat ruang dan waktu dimulai. Yang manakah abadi dalam diri manusia?”
Makassar, 25 Desember 2005 (13;20 wita)

No comments:

Post a Comment