Friday, January 8, 2010

MAAFkoe

Itu kusalin dari matanya
Karena dia yang mengukirnya
Aku menyukainya karna dia jatuh cinta
Dia mulia karena menghargai rasanya
Aku suka, aku memulianya karena dianya adalah dirinya
Dia mengajariku karena aku tak bisa mengerti...
Ini cerita dia disampul siang
Karena lembar cinta bukan hanya pagi dan senja
Cinta juga tak mengenal lipatan waktu
Di lembar terakhir titip catatku
'selamat kasmaran sobat'
cintanya abadi dalam buku ini
Belum dalam hati ini

Mks fb, Jan. 2010

OMNIPRESENT


Sejenak! lalu abstraksi
Tercipta narasi dari jarak yang aku tidak tahu
Nalarku melaku irfani melambung obyek
Imajinasi mencipta engkau
Tersenyum itu engkau
Renyah itu engkau
Melambai itu engkau
Memanggil itu engkau
Indah itu engkau
Bahagia itu engkau
Omnipresent (silahkan kasmaran sobat...)

Mks fb, Jan. 2010

KARENA AKU LELAKI


Ingatkan dia tentang kuntum melupa
Dari kumbang-kumbang rupa bertopeng Yosef
dan madu di etalase kaca;
aku Adam yang bukan nabi!
Kaulku senandung riba berpantun
Berlebihan…
Puisiku bersayap sofhis mistik mendayu ikat
Mikat…
Aku janji bertahta kata
Aku asa setelah itu duka....

Mks fb, Jan. 2010

DI UJUNG PAGI


Kitab pagi disuluh hingga hari malam
Berderai-derai asa dikepul cerita semalam
Terkira mimpi menjelang siang bukan bunga sedap malam
Bawalah! Terbanglah kumbang membawa yang bunga-bunga
Kesiangan tak berarti menjauh rezeki bunga
Mematuklah cinta benci dipatuklah bila
Datang hariku tak perlu indah direncana
Pedihpun kusantap rasakan nikmat diri
Bila duri matikan kumbang aku matikan duri
Rencanaku; selamatlah diri menjalani hari ini

Mks fb, Jan. 2010

KELUH


geliat tubuhku memantik resah
setelah akrab bersama tarian waktu hari ini
aku dihardik kertas buku dan tinta yang berubah huruf dan kata
benakku sarat dileluasai pinta para Prof yang mungkin sebentar lagi jadi pikun
teorinya yang berberai laksa beliung tanpa ujung
aku letih…
debat tak lagi diskusi
ruang kelas membahana panas kusimpan dalam tubuh sempoyonganku
kubawa pulang ke rumah
di sini sejenak aku sandar melepas panas penat
Mks fb, Jan. 2010

Tuesday, January 5, 2010

Inspirasi KRB


Cinta yang menumbuhkan pohon
Hingga sejarah hadir pada tiap-tiap daunnya
Ranting senyap melambangkan bumi disudut sunyi
Diciptakan tiap-tiap bagiannya karena cinta ingin dibagi
Pertanda Dia yang pemurah dan pengasih
Itu dipahami jika senyap dan sunyi menghampiri

Cinta yang menetes, bejana tak terhingga
Setetes melebihi bumi kembara
Mahluk-mahluk menari seperti Rumi bercerita
Cerita kasih dari masjid oleh Rahib mahabba
Hingga damai tak dikira
Menuju mihrab yang bertangga-tangga

Musim berganti sejuk berjunta
Hutan rimbun segala pohon beradu janji
Pucuk-pucuk tinggi sisipkan cela cahaya
Memanggil bayu berputar membagi surgawi
Padanya angin dihembus Adam dan Hawa
Oleh nur ala nur yang ilahi

Mahluk bumi, manusia hampir paripurna
Cahaya mengitari tinggal kalbu terhitung
Gelap datang raga rupawan
Raga tak penting jika jiwa pendam
Terang di dalam budi bersemayam
Tercapailah sudah maqam manusia kamil

Bogor, 2009

Taman Topi


Datang…
Aku ingin bertemu
Hingga benar kita telah bertemu
Pada sebuah taman yang asing
Dalam gerbang yang kuanggap
Pintu masuk dalam kotamu
Pagi itu ada aku
Yang duduk di tamannya, menunggu.

Setelah…
Waktu yang mulai resah
Karena aku yang gelisah
Riuh suara di tempat itu; hingar musik dll
Kubayangkan sebuah dendang dengan mimpi
Semua menjadi se-irama, harmonis
Aku tetap, menunggu.

Hingga…
Menjelang Jam 11 wib
Kuputuskan mengingatkanmu
“./,;’[],./@#$%!”
Tulisan Lewat SMS terkirim
Engkau menuju karenanya
Aku yang menunggu.

Nyatanya…
Taman topi tanpa topi
CFC bukan KFC
Arah depan yang mana yah?
Nyatanya jarak kita bersua
Tak peduli taman topi
Tak penting CFC atau KFC
Karena bertemu itu yang penting.

Ahirnya…
Bla bla bla bla
Bla bla bla bla….
Arah menuju KRB
Kenapa KRB? Entahlah
Mungkin karena perempuan itu
Mengalahkan pesona KRB
kemanapun jadi tak pokok
Atimsa Milah*
nama itu yang sari

Bogor, 2009

Sunday, January 3, 2010

Yang Berulang

Larik kata jatuh dalam puisi
Bait-bait indah itu pada mulanya adalah lagu
Saat sadar aku telah duduk pada kursi di sampingmu
Hingga mendengar hampir semua irama detak jantungmu
Seperti simponi, kau detak jantung dan lagu seirama
Adakah lagu seperti itu hatimu
Saling cinta tapi tak perlu memiliki
Dan lagu tinggal lagu
Sebentar lagi kita berpisah
Meninggalkan semua simponi malam ini
Bersama bisu dan detak jantung kita
Seperti malam-malam sebelumnya menjemput pagi
Hari di mana kita saling bertanya “apa kabar?
Semoga baik.

Mks, 2010